a. Pengertian Masa Pra aksara
Pra-aksara
berasal dari gabungan kata, yaitu pra dan aksara. Pra artinya sebelum
dan aksara berarti tulisan. Dengan demikian, yang dimaksud masa
pra-aksara adalah masa sebelum manusia mengenal bentuk tulisan. Masa
pra-aksara disebut juga dengan masa nirleka (nir artinya tidak ada, dan leka artinya
tulisan), yaitu masa tidak ada tulisan. Masa praaksara disebut juga
dengan masa pra-sejarah, yaitu suatu masa dimana manusia belum mengenal
tulisan. Adapun masa sesudah manusia mengenal tulisan diseb
ut juga dengan masa aksara atau masa sejarah.
ut juga dengan masa aksara atau masa sejarah.
Kehidupan
manusia pada masa pra-aksara dapat diketahui dari
peninggalan-peninggalan yang ditinggalkan oleh manusia yang hidup pada
waktu itu. Peninggalan itu dapat berupa artefak dan fosil. Artefak
wujudnya berupa benda-benda purbakala. Benda-benda tersebut dapat
membantu kita untuk memperkirakan bagaimana perkembangan kehidupan
manusia. Sementara itu, fosil yang berupa sisa-sisatulang belulang
manusia, hewan, dan tumbuhan yang sudah membatu, dapat membantu pada
kita mengenai pertumbuhan fisik manusia pada masa pra-aksara.
Bekas-bekas atau sisa-sisa manusia, tumbuhan, dan binatang yang telah
membatu itu terdapat dalam lapisan-lapisan bumi.
b. Asal usul kehidupan manusia
Setelah
kalian mempelajari proses pembentukan bumi dan dampaknya terhadap
lingkungan, bagaimanakah sampai ada kehidupan manusia di muka bumi?
Menurut ilmu falaq, yaitu ilmu yang mempelajari bintang-bintang,
bumi yang kita tempati ini terjadi kira-kira 250 ribu juta tahun yang
lalu. Awalnya berupa bola gas yang sangat panas dan berputar pada
porosnya. Karena berputar terusmenerus maka gas tadi menjadi semakin
padat, terjadilah kulit bumi. Kulit ini makin lama makin tebal tetapi
turun derajat suhunya. Sementara itu, bagian dalam dari bumi yang kita
tempati ini sampai sekarang masih belum padat. Kita dapat lihat
bagaimana sewaktugunung api meletus yang mengeluarkan magma yang sangat
panas. Kita juga dapat menyaksikan bagaimana meluapnya lumpur panas
Lapindo di Porong Sidoarjo dari dalam perut bumi. Contoh tersebut
membuktikan bahwa bagian dalam perut bumi masih berupa zat cair yang
sangat panas.
Sebelum
adanya kehidupan manusia, bumi ini mengalami perubahan-perubahan.
Proses perubahan itu terbagi atas beberapa fase-fase atau zaman.
Perubahan dari satu zaman ke zaman berikutnya memakan waktu yang cukup
lama, sampai jutaan tahun. Pembagian zaman perubahan-perubahan bumi
menurut geologi meliputi arkaikum, palaeozoikum, mesozoikum, dan
neozoikum atau kenozoikum. Zaman kenozoikum ini terbagi dalam dua
bagian, yaitu zaman tersier dan kwarter. Pada zaman kwarter inilah mulai
ada tanda-tanda kehidupan manusia.
Menurut
Ilmu Geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi), perkembangan bumi
terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.
1. Arkaikum
Zaman
ini berumur kira-kira 2500 juta tahun. Pada saat itu bumi masih belum
dingin. Udara masih panas sekali. Kulit bumi masih dalam proses
pembentukan. Belum ada tanda-tanda kehidupan.
2. Palaeozoikum
Zaman
ini diperkirakan berumur 340 juta tahun. Pada zaman ini sudah mulai ada
tanda-tanda kehidupan. Binatang-binatang yang kecil (mikro arganisme)
sudah ada. Juga binatang yang tidak bertulang punggung, bahkan beberapa
jenis ikan, amfibi dan reptil sudah mulai ada. Karena keadaan bumi masih
berubah-ubah maka keadaan kehidupan masih sulit untuk meningkat.
3. Mesozoikum
Zaman
ini berumur kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman ini kehidupan di bumi
semakin berkembang. Binatang-binatang pada masa itu mencapai bentuk yang
besar sekali. Antara lain Dinosaurus panjangnya 12 meter, Atlantosaurus panjangnya
30 meter. Jenis burung sudah mulai ada. Zaman ini disebut pula dengan
zaman reptil, karena pada zaman jenis binatang reptil yang paling banyak
sekali.
4. Neozoikum atau Kenozoikum
Zaman
ini berlangsung kira-kira 60 juta tahun. Keadaan bumi pada zaman ini
menjadi baik. Perubahan cuaca tidak begitu besar walaupun zaman es masih
ada. Kehidupan berkembang dengan pesat sekali. Zaman ini dibagi menjadi
beberapa zaman, antara lain:
Ø Tertier
Pada
zaman ini ditandai dengan semakin berkurangnya binatang raksasa. Famili
binatang menyusui sudah mulai ada. Beberapa jenis monyet dan kera telah
mulai hidup.
Ø Kwarter
Zaman
kwarter berlangsung kurang lebih 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman
ini telah ada tanda-tanda kehidupan manusia. Bagianbagian zaman ini
disebut dengan istilah kala. Zaman ini dibagi dalam dua bagian yaitu
kala plestosin dan kala holosin.
Kala
plestosin merupakan zaman yang sangat penting, sebab pada zaman itulah
manusia mulai muncul di muka bumi. Kala plestosin berlangsung kira-kira
dari 3 juta sampai 10.000 tahun sebelum masehi. Pada masa ini terjadilah
masa perluasan lapisan es di kutub. Beberapa daratan yang berdekatan
dengan kutub Utara tertutup es. Terjadilah suatu perubahan suhu yang
memengaruhi keadaan kehidupan. Di daerah-daerah yang jauh dari kutub
tidak terjadi pembekuan, tetapi terjadi musim penghujan yang hebat.
Keadaan
bumi belum stabil benar. Terjadi letusan-letusan gunungapi, erosi,
pengendapan, dan pengangkatan pegunungan-pegunungan. Letusan gunung
berapi mengakibatkan terjadinya timbunan batuan, kerikil, lahar, lava
maupun abu, baik di daratan maupun di laut. Ada gerakan di dalam bumi
(gerakan endogen) dan dari luar bumi (gerakan eksogen). Pegunungan atau
daratan yang mula-mula di bawah laut merupakan dasar laut dangkal
semakin terangkat ke atas. Hal ini mengakibatkan daratan semakin luas
sebagai tempat hidup.
Bagaimanakah
yang terjadi pada kepulauan di Indonesia pada saat itu? Kepulauan
Indonesia bagian barat mula-mula bersatu dengan Benua Asia, sedangkan
kepulauan bagian timur bersatu dengan Benua Australia. Kemudian
bagian-bagian tersebut terpisah karena naiknya permukaan laut.
Daratan
yang menghubungkan Indonesia dengan Australia terputus dan menjadi laut
kembali dikarenakan naiknya permukaan air laut yang disebabkan es di
kutub mencair. Bekas daratan yang menghubungkan Indonesia bagian barat
dengan benua Asia sekarang menjadi lautan paparan Sunda. Adapun bekas
daratan yang menghubungkan Indonesia bagian timur dengan Benua Australia
disebut paparan sahul.
Antara
Asia dan Australia memiliki iklim yang berbeda. Benua Asia memiliki
iklim yang mengandung curah hujan yang tinggi, sedangkan di Benua
Australia memiliki iklim yang kering. Tidak mengherankan apabila letak
geografis tersebut memengaruhi iklim di Indonesia. Bagian barat
kepulauan Indonesia mendapat pengaruh angin dari Asia yang membawa curah
hujan sehingga curah hujan tinggi. Sedangkan Indonesia Timur mendapat
pengaruh angin dari Australia yang kering sehingga curah hujan sedikit.
Karena kurangnya hujan maka daerah Indonesia Timur menjadi kering.
Alam
merupakan tempat kehidupan mahluk dan tumbuhan termasuk manusia.
Perubahan yang terjadi pada alam berpengaruh terhadap kehidupan mahluk
dan tumbuhan. Mahluk hidup akan senantiasa beradaptasi terhadap
perubahan iklim. Binatang-binatang yang hidup di daerah yang dingin
mengembangkan bulubulunya untuk menahan dingin. Adapun di daerah yang
panas, binatang-binatang memiliki bulu yang jarang dan sedikit.
Bagaimanakah
dengan perkembangan awal manusia di Indonesia? Asal usul nenek moyang
bangsa Indonesia berlatar belakang juga pada perubahan alam.Menurut para
ahli, manusia pertama di Indonesia berasal dari Asia.
Perubahan-perubahan alam tersebut berakibat pada terjadinya migrasi
manusia.
Peta jalur migrasi penduduk awal yang menenmpati wilayah nusantara.
Pengaruh
musim dari kedua benua (Asia dan Australia) memengaruhi migrasi melalui
pelayaran. Dengan menggunakan perahu yang sangat sederhana
kelompok-kelompok manusia melakukan perjalanan mengikuti arah musim.
Orang Indonesia zaman praaksara dengan perahu-perahunya yang sederhana
telah mengarungi samudera yang luas dalam mencari tempat-tempat
pemukiman baru. Pada sekitar tahun 2000 sebelum masehi terjadi gelombang
perpindahan rumpun bangsa yang berbahasa Melayu-Austronesia (Melayu Kepulauan Selatan). Melayu-Austrononesia ialah suatu ras Mongoloid yang berasal dari daerah Yunan di Cina Selatan. Dari tempat itu mereka menyebar ke daerah-daerah hilir sungai besar di teluk Tonkin. Pada sekitar 200 SM, mereka pindah menyebar ke daerah-daerah Semenanjung Malaya, Indonesia, Filipina, Formosa, pulau-pulau Lautan Teduh sampai ke Madagaskar. Kelompok migrasi dari Yunan ke Indonesia inilah yang dianggap sebagai asal mula nenek moyang bangsa Indonesia.
c. Pembabakan Zaman Pra-sejarah berdasarkan arkeologi.
Berdasarkan benda-benda peninggalan yang ditemukan, masa pra-aksara/pra-sejarah dibagi menjadi:
Ø zaman batu, yaitu zaman ketika manusia mulai mengenal alat-alat yang terbuat dari batu. Pada
zaman
ini, bukan berarti alat-alat dari kayu atau bambu tidak dibuat. Alat
yang terbuat dari bahan kayu atau bambu mudah rapuh, tidak tahan lama
seperti dari batu, bekas-bekas peninggalannya tidak ada lagi.
Zaman batu ini dibagi lagi atas beberapa periode,yaitu:
a. zaman batu tua (Palaelithkum);
b. zaman batu tengah (Mesolithikum);
c. zaman batu muda (Neolithikum);
d. zaman batu besar (Megalithikum).
Ø Zaman
logam, yaitu zaman sewaktu manusia sudah mampu membuat alat-alat
perlengkapan hidupnya dari logam. Teknik pembuatan alatalat dari logam
ini dengan cara melebur terlebih dahulu bijih-bijih logam yang nanti
dituangkan dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan yang dibutuhkan.
Dengan demikian, zaman logam ini tingkat kehidupan manusia sudah lebih
tinggi daripada zaman batu. Zaman logam dibagi atas:
a. zaman tembaga,
b. zaman perunggu, dan
c. zaman besi.
Manusia
purba adalah jenis manusia yang hidup pada zaman pra-aksara atau
prasejarah. Untuk mengetahui bagaimana kehidupan manusia pada masa
pra-aksara dapat kita ketahui dari fosil atau bekas-bekas manusia yang
membatu yang ditemukan dalam lapisan bumi plestosin. Indonesia termasuk
salah satu negara tempat dimana ditemukan fosil dan artefak manusia
purba. Ilmu bantu sejarah untuk meneliti fosil manusia, tumbuhan, dan
hewan ini adalah paleontologi. Adapun ilmu yang mempelajari manusia
purba adalah paleoantropologi.
d. jenis-jenis Manusia Pada Masa Pra Aksara di Indonesia
Jenis
manusia purba yang ditemukan di Indonesia memiliki usia yang sudah tua,
hampir sama dengan penemuan manusia purba di negara-negara lainnya di
dunia. Bahkan Indonesia dapat dikatakan mewakili penemuan manusia purba
di daratan Asia. Daerah penemuan manusia purba di Indonesia tersebar di
beberapa tempat, khususnya di Jawa. Penelitian tentang manusia purba di
Indonesia telah lama dilakukan. Para peneliti itu antara lain: Eugene
Dubois, G.H.R Von Koenigswald, dan Franz Wedenreich. Berikut ini
jenis-jenis manusia purba yang ditemukan di Indonesia.
1. Pithecantropus Erectus
Jenis
manusia ini ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene
Dubois pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan
Solo, tak jauh dari Ngawi (Madiun). Pithecanthropus Erectus diambil dari
kata pithekos = kera, anthropus = manusia, erectus = berjalan tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus artinya manusia-kera yang berjalan tegak. Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta-600.000 tahun yang lalu atau pada zaman paleolithikum (zaman batu tua).
Fosil
sejenis Pithecantropus lainnya ditemukan oleh G.H.R Von Koenigswald
pada tahun 1936 di dekat Mojokerto. Dari gigi tengkorak diperkirakan
usia fosil ini belum melebihi usia 5 tahun. Kemungkinan tengkorak
tersebut anak dari Pithecanthropus Erectus dan von Koenigswald
menyebutnya dengan nama Pithecantropus Mojokertensis. Von Koenigswald di
tempat yang sama menemukan fosil yang diberi nama Pithecantropus
Robustus.
2. Meganthropuis Paleojavanicus
Pada
tahun 1941, von Koeningwald di daerah menemukan sebagian tulang rahang
bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus.
Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak
pula sifat keranya. Von Koeningwald menganggap mahluk ini lebih tua
daripada Pithecanthropus. Mahluk ini ia beri nama Meganthropuis
Paleojavanicus (mega = besar), karena bentuk tubuhnya yang lebih besar. Diperkirakan hidup pada 2 juta sampai satu juta tahun yang lalu.
3. Homo Soloensis dan Homo Wajakensis
Von
Koenigswald dan Wedenreich menemukan kembali sebelas fosil tengkorak
pada tahun 1931-1934 di dekat Desa Ngandong, lembah Bengawan Solo.
Sebagian dari jumlah fosil itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang
dapat memberikan informasi bagi penelitiannya. Von Koeningswald menilai
hasil temuannya ini bahwa mahluk itu lebih tinggi tingkatannya daripada
Pithecanthropus Erectus, bahkan sudah dapat dikatakan manusia. Mahluk
ini oleh von Koeningswald disebut Homo Soloensis (manusia dari Solo).
Selanjutnya
di dekat Wajak sebuah desa yang tak jauh dari Tulungagung Kediri
ditemukan sebuah tengkorak yang disebut Homo Wajakensis. Jenis manusia
purba ini tinggi tubuhnya antara 130–210 cm, dengan berat badan
kira-kira 30–150 kg. Mukanya lebar dengan hidung yang masih lebar,
mulutnya masih menonjol.
e. Perkembangan Kehidupan Manusia Zaman Pra aksara dan Peralatan Kehidupannya.
Pada
saat makanan (tumbuhan dan binatang) yang disediakan alam itu berlimpah
maka tingkat kehidupan manusia pada waktu itu cukup berburu dan
mengumpulkan makanan. Tetapi ketika bahan makanan mulai menipis dan
tidak ada lagi, timbulah kemampuan manusia untuk mengolahnya. Perubahan
yang terjadi pada alam ini, akan berpengaruh kepada kehidupan manusia.
Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah (nomaden), tetapi mulai pada
kehidupan yang menetap.
Berikut ini tahapan kehidupan manusia pada masa pra-aksara di Indonesia.
1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Manusia
pada masa ini sangat tergantung pada sumber daya alam. Kebutuhan hidup
mereka ada pada alam. Agar dapat bertahan hidup, manusia pada masa ini
berburu dan mengumpulkan makanan. Untuk itu tidak mengherankan jika
mereka hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang
ada sumber makanan.
Binatang
apa yang dapat diburu? Binatang yang dapat mereka buru, antara lain
babi, rusa, burung atau menangkap ikan di sungai, danau dan pantai.
Perburuan yang mereka lakukan di hutan-hutan, disekitar daerah di mana
mereka tinggal. Binatang yang berhasil ditangkap biasanya mereka bakar
sebelum dimakan. Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan
makanan, manusia pada masa ini sudah mengenal api. Selain berburu,
mereka juga mengumpulkan umbi-umbian atau tumbuhtumbuhan yang bisa
dimakan.
2. Masa Bercocok Tanam
Pada
masa bercocok tanam, manusia pra-aksara memiliki kemampuan menyediakan
makanan dalam jangka waktu tertentu. Manusia pra-aksara dapat
menyediakan makanannya sendiri karena pada tahap ini, manusia mampu
memproduksi tumbuhtumbuhan dan mengembangbiakan binatang ternak. Manusia
mampu menanam berbagai jenis tumbuhan yang semula tumbuh liar, seperti
menanam padi dan umbi-umbian. Mereka dapat mengolah tumbuhan tersebut
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan.
Pada
tahap bercocok tanam, tempat tinggal manusia tidak berpindah-pindah
seperti halnya pada masa berburu dang mengumpulkan makanan. Pada masa
bercocok tanam, manusia secara berkelompok sudah mulai hidup menetap.
Mereka tidak perlu berpindah-pindah lagi karena persediaan makanan
melalui bercocok tanam sudah tercukupi.
3. Masa Megalithikum
Pada
masa becocok tanam kepercayaan masyarakat ini dibuktikan dengan
ditemukannya bangunan-bangunan batu besar atau disebut megalithikum.
Bangunan megalithikum ini diperkirakan berlangsung sejak zaman bercocok
tanam dan masa perundagian.
Adapun bangunan-bangunan batu pada masa megalithikum antara lain sebagai berikut.
a. Menhir
b. Dolmen
c. Sarkopagus atau keranda
d. Kubur batu
e. Punden berundak-undak
f. Waruga
g. Arca.
4. Masa Perundagian
Ciri
utama zaman ini adalah adanya kemampuan pada masyarakat Indonesia dalam
pengelolaan logam. Barang-barang yang digunakan menggunakan bahan dari
logam. Walaupun sudah mengenal logam, tidakberarti penggunaan
barang-barang dari batu tidak digunakan. Masih banyak masyarakat pada
zaman ini menggunakan alat-alat dari batu.
Barang-barang
yang dihasilkan pada masa perundagian ini dengan cara dicetak. Proses
pembuatan logam dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. teknik bivolve
b. teknik a cire perdue
Benda-benda yang dihasilkan dari perunggu adalah sebagai berikut:
§ nekara
§ kapak corong
§ bejana perunggu
§ arca-arca perunggu
§ perhiasan.
f. Peninggalan-peninggalan Kebudayaan Pada Masa Pra aksara.
Zaman
prasejarah tidak meninggalkan tulisan,tetapi meninggalkan benda-benda
atau alat-alat hasil kebudayaan manusia. Peninggalan tersebut dinamakan artefak.
Secara
umum peninggalan-peninggalan pada zaman praaksara dapat dibagi menjadi
dua yaitu peninggalan zaman batu dan peninggalan zaman logam(besi dan
perunggu). Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa pra aksara pada
dasarnya dibagi menjadi empat, yaitu:
1. Peninggalan-peninggalan pada masa berburu dan meramu tingkat awal
2. Peninggalan-peninggalan pada masa berburu dan meramu tingkat lanjut
3. Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa bercocok tanam
4. Peninggalan-peninggalan kebudayaan pada masa Perundagian (pertukangan)
g. Kedatangan dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia di Nusantara
Keberadaan masyarakat awal di kepulauan Indonesia diketahui dan
didukung oleh beberapa teori dan pendapat yang dikemukakan oleh
tokoh-tokoh ahli. Teori yang mendukung dikenal dengan teori IMIGRASI.
1. Van Heine Geldern (sosiolog dan sejarawan Belanda)
Terjadi perpindahan penduduk dari Asia ke pulau-pulau di sebelah
selatan Asia atau yang disebut Austronesia (Pulau Selatan). Bangsa yang
mendiami pulau itu adalah bangsa Austronesia. Wilayah Austronesia
meliputi pulau-pulau yang membentang dari Madagaskar sampai pulau
Paskah, Taiwan dan Selandia baru. Mereka membawa kebudayaan Neolithikum.
Ada juga bangsa Austronesia yang tinggal di pulau yang terletak antara
benua Asia dan Asutralia yaitu di daerah Yunan dan membawa kebudayaan
Yunan. Diperkirakan mereka masuk ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu
+/- tahun 2000 SM dan 200 SM. Alasan nenek moyang Bangsa Indonesia
meninggalkan daerah asalnya masing-masing adalah karena adanya bencana
alam dan serangan dari suku bangsa lain.
2. Dr.H.Kern (ahli Bahasa)
Berdasarkan penelitian terhadap 113 bahasa daerah di Indonesia tahun
1899, disimpulkan bahwa masing-masing bahasa ada kemiripan , sehingga
disimpulkan bahwa bahasa daerah yang ada di Indonesia berasal dari satu
rumpun yang sama yaitu bahwa Austronesia.
Orang-orang Austronesia yang memasuki wilayah nusantara, dalam
perkembangannya disebut bangsa melayu Indonesia. Mereka inilah yang
menjadi nenek moyang langsung bangsa Indonesia.
h. Corak kehidupan Masyarakat Pra sejarah Indonesia
Kebudayaan
dan masyarakat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Masyarakat dapat bertahan hidup karena menghasilkan kebudayaan,
kebudayaan itu ada karena dihasilkan oleh masyarakat. Dan melalui
kebudayaanlah segala corak kehidupan masyarakat dapat diketahui.
Dengan
demikian dari hasil-hasil kebudayaan material seperti yang Anda
pelajari pada kegiatan belajar 1 dapat dikaji dan dipelajari corak
kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia, seperti yang akan diuraikan
pada uraian materi berikut ini.
Sistem kepercayaan
Sistem
kepercayaan masyarakat prasejarah diperkirakan mulai tumbuh pada masa
berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut atau disebut dengan masa
bermukim dan berladang yang terjadi pada zaman Mesolithikum.
Kepercayaan
terhadap roh terus berkembang pada zaman prasejarah hal ini tampak dari
kompleksnya bentuk-bentuk upacara penghormatan, penguburan dan
pemberian sesajen. Kepercayaan terhadap roh inilah dikenal dengan
istilah Aninisme.
Aninisme
berasal dari kata Anima artinya jiwa atau roh, sedangkan isme artinya
paham atau kepercayaan. Di samping adanya kepercayaan animisme, juga
terdapat kepercayaan Dinamisme.
Dinamisme
adalah kepercayaan terhadap benda-benda tertentu yang dianggap memiliki
kekuatan gaib. Contohnya yaitu kapak yang dibuat dari batu chalcedon
(batu indah) dianggap memiliki kekuatan. Untuk contoh-contoh yang lain
dapat Anda baca kembali uraian materi kegiatan belajar 1 modul ini.
Dengan demikian kepercayaan masyarakat prasejarah adalah Animisme dan
Dinamisme.
Kemasyarakatan
Pada
masa berburu dan mengumpulkan makanan, masyarakatnya hidup
berkelompok-kelompok dalam jumlah yang kecil. Tetapi hubungan antara
kelompoknya sudah erat karena mereka harus bersama-sama menghadapi
kondisi alam yang berat, sehingga sistem kemasyarakatan yang muncul pada
masa tersebut sangat sederhana.
Tetapi
pada masa bercocok tanam, kehidupan masyarakat yang sudah menetap
semakin mengalami perkembangan dan hal inilah yang mendorong masyarakat
untuk membentuk keteraturan hidup. Dan aturan hidup dapat terlaksana
denga baik karena adanya seorang pemimpin yang mereka pilih atas dasar
musyawarah.
Selanjutnya
sistem kemasyarakatan terus mengalami perkembangan khususnya pada masa
perundagian. Karena pada masa ini kehidupan masyarakat lebih kompleks.
Masyarakat terbagi-bagi menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan bidang
keahliannya.
Masing-masing
kelompok memiliki aturan-aturan sendiri, dan di samping adanya aturan
yang umum yang menjamin keharmonisan hubungan masing-masing kelompok.
Aturan yang umum dibuat atas dasar kesepakatan bersama/musyawarah dalam
kehidupan yang demokratis.
Pertanian
Sistem
pertanian yang dikenal oleh masyarakat prasejarah pada awalnya adalah
perladangan/huma, yang hanya mengandalkan pada humus, sehingga bentuk
pertanian ini wujudnya berpindah tempat.
Selanjutnya
masyarakat mulai mengembangkan sistem persawahan, sehingga tidak lagi
bergantung pada humus, dan berusaha mengatasi kesuburan tanahnya melalui
pengolahan tanah, irigasi dan pemupukan. Sistem persawahan dikenal oleh
masyarakat prasejarah Indonesia pada masa Neolithikum, karena pada masa
tersebut kehidupan masyarakat sudah menetap dan teratur.
Pada
masa perundagian sistem persawahan mengalami perkembangan mengingat
adanya spesialisasi/pembagian tugas berdasarkan keahliannya. Sehingga
masyarakat prasejarah semakin mahir dalam persawahan.
Pelayaran
Anda masih ingat tentang migrasi bangsa-bangsa ke Indonesia seperti yang Anda pelajari pada kegiatan belajar 3 modul 1? Dengan adanya perpindahan bangsa-bangsa dari daratan Asia ke Indonesia membuktikan bahwa sejak abad sebelum masehi, nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki kemampuan berlayar. Kemampuan berlayar terus mengalami perkembangan, mengingat kondisi geografis Indonesia terdiri
dari pulau-pulau sehingga untuk sampai kepada pulau yang lain harus
menggunakan perahu. Jenis perahu yang dipergunakan adalah perahu
bercadik.
Dari
pembuatan perahu bercadik yang sederhana tetapi sudah mampu mengarungi
samudera pada jaman prasejarah tersebut. Hal tersebut patutlah untuk
dibanggakan kehebatan kemampuan berlayar nenek moyang bangsa Indonesia
menjadi modal dasar dari kemampuan berdagang. Sehingga pada awal abad
masehi bangsa Indonesia sudah turut ambil bagian dalam jalur perdagangan
internasional.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Sejak
zaman Neolithikum, masyarakat Indonesia telah megenal pengetahuan yang
tinggi, dimana masyarakat telah dapat memanfaatkan angin musim sebagai
tenaga penggerak dalam aktivitas perdagangan dan pelayaran juga mengenal
astronomi atau ilmu perbintangan sebagai petunjuk arah pelayaran atau
sebagai petunjuk waktu dalam bidang pertanian.
Selain
berkembangnya ilnu pengetahuan, teknologi juga dikenal oleh masyarakat
prasejarah terutama pada zaman perundagian, yaitu teknologi pengecoran
logam. Sehingga pada masa perundagian masyarakat sudah mampu
menghasilkan alat-alat kehidupan yang terbuat dari logam.
Kesenian
Kesenian
dikenal oleh masyarakat prasejarah sejak zaman Mesolithikum yang
dibuktikan dengan adanya lukisan-lukisan pada dinding-dinding gua. Untuk
selanjutnya kesenian mengalami perkembangan yang pesat pada zaman
Neolithikum, karena pada masa bercocok tanam terdapat waktu senggang
dari menanam hingga panen. Yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
menyalurkan jiwa seni, dari seni membatik, gamelan bahkan wayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar